Tuesday, July 10, 2012

“Timnas Garuda Target Masuk Peringkat 125 FIFA


indobet77.com - Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau yang kita kenal dengan sebutan PSSI mengusung misi besar sepanjang tahun ini. Seperti yang di paparkan penanggung jawab Tim Nasional, Bernhard Limbong, “Timnas Garuda” ditargetkan menembus peringkat 125 FIFA pada penghujung tahun nanti. Meskipun mengusung misi besar kualitas Timnas Garuda Indonesia masih jauh dari kata bagus.

Peringkat Timnas Indonesia saat ini berada di peringkat 151 FIFA, hanya dua strip diatas peringkat terburuk sepanjang sejarah PSSI terbentuk. Walaupun peringkat Timnas Garuda saat ini berada di peringkat 151 FIFA hal ini tidak menyurutkan rasa optimisme PSSI pimpinan Djohar Arifin untuk menutup tahun dengan hasil yang signifikan.

“Kami (PSSI) menargetkan akan berada minimal di peringkat 125 FIFA pada akhir tahun nanti. Apapun tantangannya hasil itu mutlak harus di raih,” kata Bernhard Limbong.

Seperti diberitakan berbagai media ditanah air belakangan ini prestasi sepakbola Indonesia dikancah sepakbola Internasional masih sangat minim sekali. Hal ini tentu sangat memprihatinkan diperparah lagi polemik yang terjadi dengan sepakbola nasional membuat sepakbola Indonesia berjalan ditempat.

Konflik berkepanjangan antar sesama pengurus sepakbola, dan hilangnya nama-nama pemain Indonesia Super League (ISL) dari skuad “Garuda” berimbas pada prestasi Timnas Garuda dilevel Internasional.

Konflik antar sesama pengurus, membuat sepakbola nasional pecah bela menjadi dua. Perpecahkan inilah yang membuat pemain-pemain yang selama ini menjadi langganan Timnas mendadak kehilangan tempat akibat adanya dualisme kompetisi.
Dengan adanya dualisme kompetisi Indonesia Primer League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL) PSSI selaku induk organisasi sepakbola nasional mengeluarkan sanksi terhadap para pemain yang berkompetisi diluar liga (ISL) yang di anggap liga ilegal oleh PSSI.

Pemain-pemain yang berlaga di ISL sebelum-sebelumnya sudah dilarang membela Timnas Garuda oleh PSSI. Sejak laga terakhir kualifikasi pra Piala Dunia 2014 grup E zona Asia kontra Bahrain. Sehingga akhirnya Timnas Indonesia di permalukan Timnas Bahrain dengan skor 10:0 tanpa balas, dari kekalahan yang cukup memalukan ini Timnas Indonesia sulit meraih hasil yang positif.

Tidak menunggu waktu yang cukup lama PSSI yang tadi melarang pemain ISL memperkuat Timnas, tiba-tiba kembali membuka pintu timnas untuk para pemain ISL dengan alasan “hak sebagai warga negara”. Akan ajakan PSSI pimpinan Djohar Arifin itu ditanggapi dengan dingin oleh klub-klub peserta ISL. Dari sejumlah nama pemain ISL yang dipanggil PSSI untuk mengisi skuad Merah Putih hanya ada tiga pemain yaitu Titus Bonai, Oktovianus Maniani, dan Patrich Wanggai yang akhirnya memutuskan untuk merapat ke Timnas meskipun tidak direstui klub masing-masing.

Setelah ditahan imbang Filipina 2:2 pada laga persahabatan beberapa waktu yang lalu dan untuk pertama kalinya Indonesia gagal menang dari Filipina dalam 22 tahun terakhir. Lagi-lagi PSSI pimpinan Djohar Arifin pun kembali mengatakan “butuh suntikan tenaga dari para pemain-pemain ISL”.

Penanggung jawab Timnas Indonesia, Bernhard Limbong juga mengatakan “baru tiga pemain ISL saja yang gabung, Timnas sudah semakin hidup”. Dan beliau juga mengatakan “saya menghargai keinginan Tibo, Okto, dan Patrich yang sudah ingin bergabung ke Timnas, meski sebelumnya saya tegaskan harus minta izin dulu ke klub, tapi mereka tetap ngotot”. Kata Limbong.

Sejauh ini memang prestasi Timnas Indonesia dikancah sepakbola Internasional masih sangat minim dan jauh dari harapan masyaraka pencinta sepakbola tanah air. Ditambah dengan polemik yang tak pernah kunjung usai membuat sepakbola negeri ini berantakan.

Padahal sudah lama masyarakat pencinta sepakbola tanah air mengharapkan Timnas Garuda Indonesia dapat memberikan prestasi yang sudah lama di impi-impikan. Semoga dengan dukungan dan harapan dari seluruh masyarakat Indonesia suatu saat nanti Timnas Indonesia dapat meraih prestasi dan sepakbola negeri ini semakin maju dan jauh lebih baik lagi dari sekarang.

BRAVO TIMNAS GARUDAKU. .BRAVO SEPAKBOLA INDONESIA

SEJARAH OLIMPIADE


indobet77.com - Suatu perlombaan di dalam stadion telah diadakan sejak jaman Olimpiade kuno yang diadakan tiap 4 tahun sekali, dari tahun 776 sebelum masehi hingga 393 masehi. Para pelari berlari mengelilingi 1 area sepanjang 192 m (640 ft), atau sama dengan panjang stadion. Ada juga…. pertandingan khusus dimana para pelarinya berlari dengan menggunakan baju lapis baja, berhelm, dan menggunakan pelindung lainnya yang beratnya mencapai 20-25 kg ( 50-60 lbs). Merupakan suatu kehormatan bagi para anggota militer untuk dapat memenangkan pertandingan ini.

Negara yang paling kuat dalam cabang olahraga hocki di Olimpiade adalah India, Inggris Raya dan Belanda. Inggris Raya dan Belanda memenangkan 3 dan 2 medali emas secara berturt-turut. Bahkan India memenangkan 8 medali emas!

Rekor perolehan Medali Olimpiade dipegang oleh seorang atlit pesenam dari Soviet, yang bernama Larissa S. Latynina. Mengikuti pertandingan di 3 Olimpiade, antara tahun 1956 dan 1964, dia memenangkan 18 medail: 9 emas, 5 perak dan 4 perunggu. Dia juga berada pada peringkat atas peraih medali emas, mengalahkan bintang Olimpiade seperti atlit perenang Amerika Serikat Mark Spitz dan Finnish, juga pelari jarak jauh Paavo Nurmi.

Untuk pertamakalinya seorang pelari maraton wanita akan mewakili Amerika Serikat di Olimpiade: dia adalah seorang patologis berusia 37 tahun berasal dari Alaska yang berlatih hanya dengan menggunakan treadmil! Christine Clark memenangkan uji coba Olimpiade wanita dengan waktu 2 jam, 33 menit, 31 detik, lebih baik 7 menit dari rekor pribadinya. Sang runer-up Kristy Johnston dan Libbie Hickman merupakan wanita Amerika pertama yang berlari dibawah standar Olimpiade 2:33:00, tetapi berdasarkan undang-undang Amerika Track and Field, tak seorang pun dari mereka diperkenankan mengikuti Olimpiade di Sydney. Hal ini disebabkan sang ibu dari Christine Clark memenangkan semua uji coba pertandingan yang berat itu!

Apa Arti Olimpiade Bagimu?

indobet77.com - Jika kita coba membicarakan olimpiade, maka kita akah berhadapan dengan banyak hal. Kita bisa membicarakan sejarah panjangnya dari sejarah awalnya di legenda Yunani hingga persiapan olimpiade London yang akan digelar Juli nanti di tahun ini.
Tapi apa itu berarti bagimu?

Kalau begitu aku tidak akan bicarakan sejarah panjang bagaimana olimpiade berawal, berevolusi dan menggaungkan nama seorang manusia hingga ke seluruh dunia, bahkan melewati batas waktu. Karena apa? Prestasinya.
Apakah ini cukup berarti bagimu?

Tidak. Jika kita ketika kata olimpiade di rumah Google kemdian menekan Enter, maka kita akan menemukan banyak sekali jenis olimpiade. Dari olimpiade olahraga 4 tahunan yang diselenggarakan semegah mungkin oleh negara tuan rumah, olimpiade sains yang juga hampir sama demikian, hingga olimpiade bagi mereka yang memiliki disabilitas.
Apakah hal ini berarti bagimu?

Kenapa harus ada begitu banyak macam olimpiade? Saya pikir, dengan data yang benar, seseorang dan semua orang selalu membutuhkan aktualisasi. Seseorang butuh menunjukkan sesuatu apa yang ia miliki, apa yang ia mampu, apa yang bisa ia raih, apa yang membedakannya dengan orang lain, apa yang membuatnya pantas untuk hidup, dan apa hal ini memberi arti bagimu?


Sudahlah. Saya ingin menunjukkan bagaimana seorang olimpian sejati hidup dalam sebuah olimpiade, dan akan saya simpulkan. Sehingga mungkin bisa memberi arti bagimu.



Sebagai contoh seorang olimpian, saya ambil Lilyana Natsir sebagai sosok yang kini banyak dikenal. Juga karena ia juga adalah peserta olimpiade Beijing 2008, finalis dan memberikan perak untuk Indonesia kala itu. Tak kalah dengan 2008, baru-baru saja Lilyana berhasil menjadi juara All England 2012 bersama Tantowi Ahmad. Pertanyaannya, apakah perhatianmu terpusat pada betapa hebatnya prestasi yang berhasil ia raih, atau apakah pada perjuangannya dalam meraih hal itu?
Itu pertanyaan pertama. Yang kedua, apakah hal itu berarti bagimu?

Hal yang menjadi berarti adalah ketika kita tahu bagaimana Lilyana mendapatkan sebuah medali atau trofi. Bagaimana, apakah dengan memenangkan beberapa set dan mengambil poin lebih dari lawan? Tentu kau tahu maksudku bahwa tidak hanya itu. Seorang Lilyana menjadi demikian karena ia berjuang untuk demikian. Apakah kau tahu bahwa sebelum gelar pertamanya bersama Nova Widianto di Singapore Open Super Series 2004, Lilyana telah melewatkan bertahun-tahun untuk 'bermain' dengan raket dan kok? Lebih tepatnya 10 tahun. 10 tahun waktu yang ia gunakan untuk berlatih dan berkarir. 10 tahun yang sama dengan waktu yang kita gunakan untuk melakukan banyak hal selain bulu tangkis.
Apa kau sudah melihat sesuatu yang berarti bagimu?

Lilyana telah bermain badminton sejak ia 9 tahun, mengikuti klub kala ia kecil itu di Manado, kemudian pindah ke Jakarta dan memasuki klub yang lain. Meniti prestasi di Pekan Olahraga Nasional, terus seperti itu, naik, hingga ia seperti (sekarang) ini. Banyak detil lain dari kisahnya untuk diceritakan, dan berbagi cerita usaha kerasnya dalam berlatih. Tapi pada intinya adalah, menjadi juara seperti seorang Lilyana Natsir 'saja' membutuhkan waktu 10 tahun, bagaimana dengan menjadi juara seperti impianmu yang jauh lebih tinggi dari itu? Apa arti mimpi bagimu?

*Seorang olimpian menghabiskan banyak waktunya untuk bisa menjadi juara seperti itu.
Menjadi juara dalam olahraga saja setidaknya membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Mewujudkan mimpi dalam hal 'bermain' saja membutuhkan sitaan hidup yang begitu banyak.